Persiapkan Dengan Dini Pernikahan Anda Menunda Menikah ? Ketika Hari 'H' Semakin Dekat Hilangkan Mitos-Mitos Kuno Mengenai Perkawinan Ajak Dia Berkomitmen Lebih Jauh Tips Wajah Cantik 10 Jurus Meningkatkan Kemesraan Jalan Menuju Kebahagiaan Menggapai Hubungan yang Sehat |
|
Ketika Hari 'H' Semakin Dekat
Hastuti uring-uringan menyambut hari perkawinannya yang sudah semakin dekat. Emosinya lekas sekali naik jika ada orang yang mengingatkan tentang macam-macam persiapan. Apalagi kalau ada yang menambah usul ini itu. "Rasanya nggak ada habis-habisnya. Pusing saya, begitu banyak yang harus dilakukan. Padahal saya dan calon suami dua-duanya kerja, se-muanya jadi tambah repot," keluhnya.
Padahal famili dan kerabat ikut turun tangan membantunya. Hastuty tidak bisa membayangkan, bagaimana jika semua harus diurus sendirian, meski pesta itu sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Kenyataan semacam ini umum dialami oleh pasangan yang mau menikah. Semakin dekat hari H, kadang membuat calon pengantin mudah dilanda stres. Karena, kalau semula dirasakan hari-hari berjalan amat lambat, tiba-tiba saja dia menjadi sadar, bahwa ternyata hari berputar dengan amat cepat sementara persiapan belum juga selesai. Dan dengan mendadak, hari H, datangnya upacara perkawinan, sudah di depan hidung.
Menurut Nunun Nurbaeti Daradjatun, "Stres pada calon mempelai terjadi karena, pengantin merasa mampu mengurusi sendiri semua persiapan acara pernikahan dan ingin semuanya menjadi prima. Di sisi lain, mereka masih belum punya pengalaman serta tak punya sistem kerja yang baik."
Berikut sejumlah tips dari Nunun, sebagai pegangan dasar dalam mempersiapkan acara perkawinan. Hal pertama yang perlu disiapkan, surat jati diri berupa KTP, kartu keluarga, empat pas foto berukuran 4 kali 6 serta surat keterangan telah menjalani imunisasi Tetanus Toxoit.
Itu semua catatan dasar persiapan untuk warga Indonesia yang kawin dengan orang sebangsanya. Tetapi, kalau misalnya ada WNA ingin kawin dengan WNI, persyaratannya berubah semakin banyak. Misalnya saja perlu disiapkan akte kelahiran, surat tanda melapor diri dari polisi, paspor, izin kedutaan atau perwakilan diplomatik negaranya. Di samping itu, perlu kelengkapan; keterangan izin menetap sementara, buku biru dari kantor imigrasi, surat izin Depnaker bagi yang bekerja di Indonesia dan surat keterangan tempat kerja.
Belanja Ide
"Mengurus pernikahan di Indonesia memang mutlak perlu waktu, tidak seperti di luar negeri, bisa dilakukan mendadak, satu hari siap." Untuk bisa mengantisipasi berbagai hambatan tersebut, perlu waktu sekitar sepuluh hari sebelum tanggal pernikahan, calon pengantin sudah harus datang berdua ke Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Bagi mereka yang beragama Kristen, datang ke gereja, sehingga di mana saja di Indonesia, agaknya memang kawin memerlukan persiapan lebih lama.
Perkawinan, seperti yang selalu diharapkan, hanya akan berlangsung sekali seumur hidup. Oleh karena itu tidak bisa main-main, persiapan harus matang sekali. Ada kebiasaan, untuk menyambutnya, biasanya para pengantin lantas memakai pakaian adat, mungkin agar tampak bisa lebih abadi. Tidak memakai pakaian sehari-hari yang bisa dikenakan, kapan saja.
Akan tetapi, kalau kawin dengan memakai pakaian serta upacara adat, perlu ditekankan, seluruh rangkaian upacara adat tersebut harus dikemas dengan baik dan diringkas agar tidak berubah menjadi berlarut-larut. Maka sewaktu menyusun acara, kenyamanan tamu mutlak harus diperhatikan. Oleh karena itu, lay out tempat duduk, jarak untuk melihat rangkaian acara, sound system, pencahayaan serta penjelasan tentang seluruh rangkaian upacara adat, tidak boleh begitu saja ditinggalkan.
"Harus diingat, upacara perkawinan bukan tontonan, mana ada orang rela anaknya kawin hanya sekadar jadi hiasan panggung? Oleh karena itu, para tamu juga jangan sampai merasa hadir di panggung tontonan, atau menyaksikan peragaan busana adat. Dengan demikian, penataan acara harus selektif. Kiatnya, seluruh acara adat yang memang sudah mentradisi wajib dilestarikan. Namun, di mana perlu, harus bisa diring-kas, agar tidak berkepanjangan."
Ada calon pengantin yang nekat, dalam arti, mereka sangat mengandalkan daya ingatnya yang tinggi. Kepada mereka Nunun memberikan tambahan nasihat, lebih bijaksana kalau calon pengantin memiliki catat-an tertulis sekitar rencana pernikahan. Calon pengantin juga perlu buku pegangan, agar mereka bisa mencatat semua gagasan pribadi yang mendadak muncul. Proses tersebut disebut dengan istilah shopping idea, dimulai sekitar tujuh bulan sebelum hari H tiba, agar perencanaannya lebih terkontrol.
Jangan Bedakan Tamu
Disarankan, seluruh rangkaian acara perkawinan sepenuhnya diserahkan kepada wedding organizer, agar bisa ditangani secara profesional. Bahwa suatu acara perkawinan dikelola sendiri memang tidak ada yang melarang. Hanya saja, jika tetap dikelola sendiri, para calon pengantin perlu memiliki buku pegangan berikut sistem kerja yang cermat. Dilakukan perencanaan matang, pembagian kerja secara tepat, membuat check list, melakukan kontrol sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dibarengi doa, agar semuanya bisa berlangsung dengan sukses.
Mengamati seluruh pengalamannya ketika menghadiri berbagai macam acara perkawinan, Nunun memberikan saran, "Tamu adalah raja, siapa pun mereka, apa pun pangkatnya. Oleh karena itu, jangan sekali-kali melakukan pembedaan." Ketentuan yang membagi antara tamu VIP, bahkan VVIP, dan tamu biasa, sangat tidak bijaksana. Termasuk yang tidak pernah dia sarankan; membedakan ruang dan menu makan, mendahulukan pembesar dalam antrean tamu, menghentikan antrean karena pengantin akan membikin foto bersama pembesar, selebritis atau tokoh.
Langkah terobosan telah dia lakukan ketika Nunun menikahkan anaknya. "Jabatan itu kan kalau kita sedang berada di lingkungan pekerjaan. Sebagai tamu yang kita undang, kedudukan mereka sama, semua terhormat, tak harus ada yang boleh diistimewakan."
Salah satu yang seringkali dilupakan adalah, memahami kemampuan kita pribadi. Dalam pengertian, ibaratnya kalau mampunya hanya mengundang seratus tamu, jangan lantas menghadirkan seribu orang. Apalagi kalau lantas kursinya nggak cukup, makanan kurang, parkirnya kacau dan apa-apanya kurang. "Yang paling utama adalah, mampu tidak kita dalam meng-cover semua tamu. Meski tamunya berlimpah, tetapi kalau ketika pulang mereka semua menggerutu, pesta tersebut hanya akan menjadi bahan pergunjingan orang..." (Berbagai sumber)
|